Entah kenapa, hari ini…penuh riuh. Manusia lalu lalang, hilir mudik, ramai sesak. Shelter busway harmoni ini penuh, bau, panas, bukannya biasanya juga gitu kan ? Tapi tidak kali ini. Sore ini, sangat berbeda. Kiamat sudah mendekat, kurasa. Bumi ini sudah mulai penuh. Aku, tetap tak mau membayangkan apa yang akan terjadi pada anakku nanti. Tak mau berpikir jauh kesana. Pikiranku hanya satu, bertahan mengantri atau balik kanan, keluar dari shelter tak berprikemanusiaan ini mencari taksi ber-ac yang nyaman.
Tiba-tiba aku kangen rumah, kangen kamar dan keributan suara mama juga kesunyian rumah yang sepertinya penghuninya tak akrab satu sama lain. Padahal aku baru beberapa jam menapakkan kaki di bumi Jakarta , kembali ke kehidupan keras kota Jakarta .
Tak pernah pikiran ini mampir setelah hampir dua tahun hidup sendiri di Jakarta . Entah kenapa, kali ini ia hadir…DAMN!!
Hari Minggu ini, mungkin semua orang berlibur. Mereka pada make busway. Kendaraan umum 3M (murah meriah munta). Murah, dari Pulo gadung mpe Kalideres Cuma bayar 3500. meriah, banyak banget kan orangnya…sampe udah kaya ikan asin di pasar ditumpuk-tumpuk. Muntah, bakalan muntah lu kalo pegangan gak kuat, dan kebeneran deket sama orang yang bau keti. Ouch!! Abis muntah, mungkin bakalan pingsan. Kemungkinan semua orang Jakarta pada pergi, keluar, jalan-jalan bawa keluarga sampe se-rt. Kalo busway-nya banyak gak apa-apa, ini cuma sedikit, dah gitu jalurnya banyak. Makanya gak bisa naik-naik.
Buat Bpk. Sutiyoso yang memprakarsai adanya Busway, saya acungkan setengah jempol sama bapak. Bapak belum pantes mendapatkan acungan penuh, karena “ kenapa shelternya gak dibuat ada AC-nya, jadi orang nunggu juga gak kepanasan, armadanya di perbanyak dari pertama dijalankan, jadinya kan gak banyak numpuk di shelter, kenapa juga pegawai sama supirnya kaya monster GALAK-GALAK. Supirnya ngebut, padahal mereka kan punya jalur sendiri, trus yang jagain pintu depan tuh kalo di bis-bis umum tuh kenek deh, nggak tau kenapa suka bates-batesin penumpang, maksudnya biar semua kebagian penumpang, karena masih ada bis lain di belakang. Cuma, yang sangan disayangkan adalah…bahasa tubuh yang sangat kasar.
Entah sampai kapan gw bisa bertahan di Ibu kota ini. Entah kenapa rasanya hari ini sangat lelah, sesak dan jengah…panas udara yang kotor. Membuat butiran peluh sebesar biji jagung jatuh bebas membasahi pipi. Fiuhh…rasanya ingin pulang, kembali ke kotaku, yang juga kini mulai sesak…tapi manusianya tak selalu mendesak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar